Tinitus merupakan suara berdengging, mendesis atau lainnya yang terdengar pada telinga atau kepala. Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Suara ini hanya didengar oleh orang yang mengalami tinitus, dan oleh orang lain tidak. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu juga. Menurut catatan ahli di bidang tinitus di Amerika (data di Indonesia belum ada), hampir 36 juta penduduk Amerika mengalami gejala ini dalam hidupnya. Hanya sebagian kecil dari jumlah itu yang memeriksakan diri ke klinik klinik kesehatan terdekat. Tinitus kerap diderita terutama orang pada kelompok usia pertengahan dan tua. Menurut National Centre for Health Statistics di Amerika sana, sekitar 32% orang dewasa pernah mengalami tinitus pada suatu saat tertentu dalam hidupnya, dan 6 % nya sangat menganggu dan cukup sulit disembuhkan. Di Inggris, 17% populasi juga memiliki masalah tinitus.
Tinitus bukan merupakan suatu penyakit melainkan sebuah gejala dari suatu penyakit atau kondisi tertentu. Pada beberapa kasus, tinitus merupakan sesuatu yang normal alias tidak ada yang perlu di khawatirkan. Terdapat sumber menyebutkan, bila tidak ditangani secara benar maka dapat terjadi gangguan pendengaran, meyebabkan tuli dimana terjadi hambatan dalam pengiriman suara dari telinga ke otak. Tapi jangan terlanjur dan segera menjadi takut. Biasanya jika suara denging muncul kurang dari lima menit masih taraf wajar atau normal. Ada cara-cara mencegah atau mengurangi gejala tinius ini. Tapi nanti dulu, jelasnya anda ingin tahu khan bagaimana tinitus ini bisa terjadi ?
Tinitus dapat berasal dari empat bagian telinga yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah, telinga bagian dalam dan otak sebagai pusat pendengaran.
- Pada keadaan normal, tubuh memang akan mengeluarkan suara suara aneh akibat dari proses yang terjadi di dalam tubuh. Kita tidak awas akan suara ini dikarenakan suara yang terdengar lebih kecil dari suara di luar tubuh. Jika pada suatu kondisi suara di luar tubuh tidak ada maka baru akan terdengar suara yang berasal dari dalam tubuh.
- Penyebab lain dari tinitus adalah gangguan keseimbangan cairan dalam telinga, infeksi, atau penyakit yang menyerang tulang tulang pendengaran dan gendang telinga.
- Penyebab paling sering dari tinitus abnormal adalah rusaknya ujung saraf pada telinga bagian dalam. Bertambahnya usia merupakan faktor penting dari rusaknya susunan saraf dalam telinga. Akhir akhir ini, suara yang terlampau keras atau bising juga sering menyebabkan terjadinya tinitus disamping akan menganggu fungsi pendengaran secara keseluruhan. Sayangnya, banyak diantara kita tidak terlalu ambil pusing terhadap paparan suara keras yang berasal dari suara musik, senjata api, dan lain lain.
- Beberapa obat seperti aspirin dan penyakit telinga bagian tengah juga bisa menyebabkan terjadinya tinitus.
Suara yang terdengar seperti mendenging,mendesis,mendengung atau seperti suara jangkrik. Tinitus ada 2 macam yaitu: objektif dan subjektif
- Tinitus Objektif bila suara didengar bising karena gangguan mekanis atau vaskuler (pembuluh darah) baik pada arteri atau vena.
- Tinitus Subjektif keluhan hanya didengar si pasien, disebabkan oleh sumbatan kotoran pada telinga luar, benda asing maupun tumor.
Kenyataannya pada kebanyakan kasus, tinitus jauh lebih kompleks dari yang bisa diduga berdasarkan pengklasifikasian di atas, maka tampaknya lebih akurat bila membagi tinitus berdasarkan kemungkinan sumber penyebab yang ternyata tidak sedikit. Berikut ini daftar berbagai hal yang hingga saat ini telah teridentifikasi dapat menjadi sumber penyebab tinitus :
- Kelainan vaskular (pembuluh darah) baik pada arteri atau vena.
- Kelainan muskular (otot): klonus otot palatum atau tensor timpani.
- Lesi pada saluran telinga dalam (internal auditory canal): Tumor saraf ke-8, vascular loops
- Gangguan kokhlea (organ telinga dalam): trauma akibat bising, trauma tulang temporal, penyakit Meniere’s, presbikusis (disintegrasi saraf ke-8 karena proses penuaan), Sudden sensorineural hearing loss (tuli saraf mendadak), emisi otoakustik.
- Ototoksisitas (Kerusakan organ telinga dalam akibat obat): aspirin, kuinin, dan antibiotika tertentu (aminoglikosida).
- Kelainan telinga tengah: infeksi (efusi), sklerosis, gangguan tuba eustachi.
- Lain-lain: serumen (kotoran telinga), benda asing pada saluran telinga luar.
* Pencegahan
- Gunakanlah pembersih telinga (cotton bud) yang ukuran kapasnya sesuai dengan diameter liang telinga anda. Lingkaran / bundelan kapas yang terlalu besar akan mendorong kotoran telinga ke bagian lebih dalam sehingga menempel pada gendang telinga. Keadaan ini akan mendorong terjadinya tinitus. Minumlah obat obatan sesuai dengan dosis yang dianjutkan oleh dokter.
- Gunakan penutup telinga atau pelindung telinga bila anda terpaksa berada di lingkungan yang bising.
** Pengurangan Gejala Tinitus
Berikut beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mengurangi gejala tinitus yang saat ini anda rasakan :
- Hindari tempat tempat yang bising.
- Kendalikan tekanan darah.
- Hindari makanan atau minuman yang menstimuli saraf seperti kopi dan rokok.
- Hindari stress.
- Cobalah berhenti memikirkan tinitus yang anda derita.
- Istirahatlah yang cukup.
- Berolah raga teratur.
- Hindari mengkonsumsi obat aspirin.
*** Penanggulangan
Beberapa sumber menyebutkan dengan rumit penanggulangannya, penggunaan istilah-istilah medis yang notabene saya sebagai orang awam juga tidak mengerti. hehhehee.. :P tapi tidak apalah... saya tetap akan menyebutkannya satu-satu..
a. Medikamentosa (kalau boleh saya mengartikan adalah pengobatan konservatif atau tanpa operasi)
Berbagai penelitian untuk menemukan jenis obat masih terus dilakukan. Adapun jenis obat yang dapat secara konsisten efektif pada pengobatan jangka panjang belum juga ditemukan. Meski demikian pemakaian beberapa jenis obat sedikit banyak dapat memberikan perbaikan pada pasien tinitus, seperti berikut :
- Niacin dan derivatnya : nicotinamide (vasodilator) yg secara empiris telah digunakan secara luas untuk kelainan kokhlea (contoh: penyakit Meniere’s).
- Trimetazidine : obat anti iskemia dengan antioksidan.
- Vitamin A : pada dosis tinggi dilaporkan memperbaiki ambang persepsi dan mencegah tinnitus. Namun perhatian terhadap toksisitasnya dapat membatasi vitamin A dalam penggunaan praktis.
- Lidokain intravena : suatu golongan anestetik local amide dengan aktivitas system saraf pusat, dilaporkan berguna dalam mengontrol tinnitus.
- Tocainine : merupakan lidokain oral dengan waktu paruh yang panjang.
- Trisiklik trimipramine: suatu anti depresan
b. Pembedahan
Pembedahan juga berperan dalam penanganan tinnitus jika diaplikasikan untuk mengoreksi sumber penyebab. Misalnya: stapedektomi (pengangkatan tulang stapes dan penggantian dengan protese) untuk kelainan otosklerotik, lainnya adalah koklear implant (Koklea implan adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk merangsang saraf pendengaran sehingga orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran bisa mendengar. ini sangat berbeda dengan alat bantu dengar). Pertimbangan juga dapat diberikan untuk melakukan terhadap pengikatan saraf ke-8 divisi koklearis, walaupun hasilnya tidak dapat diprediksikan... dan tentu saja hanya bisa dilakukan terhadap pasien yang memang fungsi pendengarannya sudah rusak berat alias tuli berat yang tidak mungkin lagi dikoreksi.
c. Masking
Prinsip dari masking yaitu mengaplikasikan suatu nada akustik tertentu yang memiliki karakteristik yang sama dengan tinitus (ukuran frekuensi dan intensitas) sehingga bunyi menjadi tidak terdengar, melalui suatu alat khusus, diantaranya telah didisain menyerupai alat bantu dengar (hearing aid) namun tanpa mikrofon.
d. Pengobatan lainnya
Stimulasi listrik pada area tulang temporal dan gendang telinga, dengan keberhasilan yang bervariasi dalam mengurangi tinnitus. Modifikasi diet, biofeedback, akupunktur, dan oksigen hiperbarik juga telah diusulkan untuk mengontrol tinitus, dan dapat dipertimbangkan sebagai terapi alternatif jika penanganan konvensional sebelumnya gagal.
Stimulasi listrik pada area tulang temporal dan gendang telinga, dengan keberhasilan yang bervariasi dalam mengurangi tinnitus. Modifikasi diet, biofeedback, akupunktur, dan oksigen hiperbarik juga telah diusulkan untuk mengontrol tinitus, dan dapat dipertimbangkan sebagai terapi alternatif jika penanganan konvensional sebelumnya gagal.
NB : Untuk penanggulangan tentu diperlukan adanya konsultasi dengan ahli medis yang berkompeten dengan urusan THT,,, emangnya bisa apa nglakuin sendiri?? hehehhe :D
No comments:
Post a Comment