Monday 24 January 2011

Suriname dan Etnis Jawa Keturunan

 "Bahasa Jawa Suriname mirip dengan Bahasa Jawa Kedu"
Negara Suriname (dulu dikenal dengan Guiana /  Guyana Belanda). Sebenarnya saya tidak begitu tahu banyak mengenai negara ini, namun ketertarikan saya tetap saja membuat saya ingin menulis di halaman saya ini. Ketertarikan yang wajar, satu-satunya hal yang membuat saya tertarik adalah tentu saja ada hubungannya dengan Indonesia atau lebih tepatnya salah satu etnis di negara Suriname adalah Suku Jawa. Yach.. Suku atau etnis Jawa di Suriname. Berdasarkan sensus yang dilakukan di tahun 2004 terdapat sekitar 71.879 orang (15,62%) adalah Suku Jawa atau keturunan jawa. Selebihnya sekitar 135.117 orang (27,41%) adalah keturunan India, 87.202 orang (17,69%) adalah Kreol, 72.500 orang (15,62%) merupakan keturunan Bushnegro dan sisanya 116.131 orang (23,57%)a dalah Amerindian, Tionghoa, Eropa dan Arab.
Antara tahun 1890-1939 orang orang jawa dibawa ke suriname dari Hindia-Belanda (Nederlands(ch)-Indië) yang sekarang dikenal dengan sebutan Indonesia (negara saya tercinta ^_^). Tepatnya tentu dari Tanah Jawa, untuk dijadikan kuli kontrak perkebunan-perkebunan. Orang-orang Jawa ini kebanyakan diambil dengan sistem razia dan dipaksa dikapalkan ke Suriname. Namun pada akhirnya diberi kontrak yang harus diteken, meskipun sebenarnya mereka kebanyakan adalah petani dan buruh kasar yang buta aksara. Terdapat lebih dari 33.000 jiwa orang Jawa yang dibawa ke Suriname. Pada dasarnya, tidak semua penduduk Hindia-Belanda yang dibawa ke Suriname itu murni etnis jawa saja. Diantaranya ada etnis Sunda, Madura, termasuk juga dari batavia maupun etnis lainnya. Hanya saja karena etnis Jawa yang dibawa ke Suriname lebih banyak atau mayoritas yaitu sekitar 90 % dari etnis jawa, sedangkan etnis madura sekitar 2,5 % dan sunda 2,5 % juga etnis lainnya maka suku-suku selain Jawa berasimilasi sebagai orang Jawa.
Bahasa resmi negara suriname adalah Bahasa Belanda. Sedangkan dalam kesehariannya para keturunan jawa disuriname selain menggunakan Bahasa Belanda juga menggunakan Bahasa Jawa Suriname (dialek jawa yang dituturkan di Suriname dan oleh komunitas Jawa Suriname di Belanda). Logat daripada Bahasa Jawa Suriname ini mirip dengan Bahasa Jawa Kedu (Bahasa Jawa Kedu adalah sebuah dialek yang dituturkan di daerah Kedu, tersebar di timur Kebumen. Dialek ini terkenal dengan cara bicaranya yang khas, sebab merupakan pertemuan antara dialek "bandek" (Yogya-Solo) dan dialek "ngapak" (Banyumas). Contoh: Kata-katanya masih menggunakan dialek ngapak dalam tuturannya agak bandek sbb:
  1. "njagong": duduk (bahasa Jawa standar: lungguh. Bahasa Inggris juga dipakai sebagai tambahan khususnya dalam fasilitas dan toko yang berorientasi turis. 
  2. "Njur piye": Lalu bagaimana (bahasa Jawa standar: "banjur piye" atau "terus piye"
  3. "Nyong": aku, tetapi orang Magelang memakai "aku" orang Temanggung yang di kotanya juga menggunakan "aku" di Parakan juga sebagian kecil menggunakan "aku", dan masih banyak lainnya.
Bahasa selain Jawa seperti sunda dan madura sudah tidak dipakai dan tak memberi pengaruh apapun terhadap bahasa Jawa yang dituturkan di Suriname. Bahasa Inggris juga digunakan di Suriname sebagai tambahan dalam fasilitas dan toko yang berorientasi pariwisata atau turis. Untuk etnis lain selain jawa seperti keturunan India, keturunan Bushnegro, dan lain-lainnya mereka berbicara bahasa mereka masing-masing. ex : Bahasa Hindustani untuk etnis keturunan India, Bahasa Indian Suriname untuk etnis Amerindian.

Ada lagi yang menarik, ternyata Penyanyi yang paling terkenal dan dicari-cari kaset serta CD nya adalah "Didi Kempot". Dengan lagu-lagu campur sarinya mampu menempati posisi tangga lagu teratas di radio setempat dengan format radionya para etnis Jawa Suriname. Di radio-radio tersebut, mereka para etnis jawa suriname guyub (berkelompok).  Harga daripada sekeping CD kumpulan lagu Didi Kempot jika dibanding dengan harga sekeping CD lagu-lagu barat terpopuler sekalipun akan tetap jauh lebih mahal. Mau tahu alasannya ??? hehehe :P karena untuk memperoleh CD dari Didi Kempot ini perlu didatangkan langsung dari Indonesia. Tentu saja efeknya, jadi lebih mahal.  Untuk memasarkannya CD ini di copy atau digandakan dengan jumlah banyak lalu di jual. Sedangkan, untuk lagu-lagu barat mengapa jauh lebih murah ?? lagi-lagi, cukup simpel jawabannya. Yaitu karena cukup si penjual itu mengunduh dari Internet. hmm.. ya apapun itu begitulah kenyataannya.

Nah, bahasan terakhir adalah para etnis Jawa Suriname yang beragama Islam. Di sana ada 2 (dua) masjid yang saling berlawanan arah. Maksudnya adalah mengenai penafsiran arah kiblat yang berlawanan. Satu masjid menghadap Barat (sebagaimana nenek moyang / sebagaimana masyarakat jawa di tanah jawa yang sembahyang menghadap arah mata angin barat), sedangkan, satunya menghadap timur (merupakan kelompok baru yang moderat yang menetapkan arah kiblat adalah arah timur dengan mempertimbangkan letak geografis negara suriname). Pengikutnya pun dibedakan antara penganut aliran Barat yang lebih mempraktekkan Islam kejawen dan aliran Timur yang lebih Islam murni. Keterikatan masyarakat Jawa di Suriname lebih diperkuat oleh tradisi daripada oleh agama Islam. Karena posisi (sosial dan ekonomi) orang Jawa dulu sangatlah rendah dibandingkan dengan golongan lainnya maka ekspresi tradisi dan adat sebagai perangkat untuk menggalang solidaritas sosial menjadi sangat penting bagi orang Jawa. Perlu diingat bahwa kerukunan tetap terjaga baik meskipun dengan perbedaan itu.

Saya rasa cukup sekian untuk sementara, segala yang tercantum di halaman ini dirangkum dari berbagai sumber dan referensi serta daya ingat yang bercampur aduk. Niatan hanyalah ingin berbagi pengetahuan, jadi anda-anda pun boleh menambah atau mengkoreksi jika diperlukan. Terima Kasih..



2 comments:

  1. woww.. kereeeen.. bru nemu org asli kelahiran sana.. kmu jauh lebih tau ceritanya donk!! hehee :D maaf neh lok ad yg salah2 nulisnya..

    ReplyDelete