Tuesday, 1 February 2011

Matilah Sebelum Kau Mati (Die Before You Die)

 
Menorehkan kata-katanya dalam hati saya, benak saya, kepala saya.. yach.. pokoknya begitulah.. Sosok yang sebelumnya tidak saya kenal, kemudian saya mengenalnya.. dari sebuah buku "The Kingdom of Joy-Untaian Kisah Menawan dari Matsnawi Rumi" karya Abdul Rahman Azzam. Terjemahan atas "Kingdom of Joy, Tales of Rumi" yang memuat berbagai kisah-kisah menawan, mampu membawa saya dalam imagi mistik. Membuat saya terus berulang-ulang dan mengulang-ulang membacanya.. setiap kisah yang dipaparkan memiliki pemberatnya masing-masing jadi tidak bisa diambil mana yang terbaik.. Sesuatu yang menyejukkan dan ,,, indah.. bahasa yang saya mengerti..

Akan tetapi satu kalimat yang terus terngiang dalam kepala saya adalah "Matilah sebelum kau mati". Ini juga terdapat pada resensi pada sampul belakangnya.. "Itulah pesannya. Matilah sebelum kau mati. Hanya dengan melupakan keindahan sangkar burung dan rasa manisanlah aku bisa temukan jalan pulang".  Ternyata kata "Matilah sebelum kau mati" adalah ungkapan dari Rasulullah..banyak orang akan merasa ngeri mendengar kata mati.. setidaknya itu terbukti juga saat pertama kali aku tertarik pada buku "The Kingdom of Joy-Untaian Kisah Menawan dari Matsnawi Rumi" karya Abdul Rahman Azzam ini.. adalah kakak iparku sendiri. Aku sadar bahwa resensi itu membuat ia menjadi begidik.. dengan kata Mati didalamnya. Manusiawi.. tapi entah mengapa tetap saja aku membeli buku ini.. semacam ketertarikan luar biasa begitu saja.. tanpa takut mengenal, membaca, melihat dari kata-katanya yaitu "Mati".. karena saya akan menemukan sesuatu yang saya cari.. setidaknya perasaan saya itu benar.. dan sangat benar..

Mengenai sabda Rasulullah SAW, ‘Matilah sebelum engkau mati:’ “Wahai sahabat, matilah sebelum engkau mati, jika yang paling engkau kehendaki adalah hidup; karena dengan mati seperti itu Idris a.s. menjadi seorang penghuni al-Jannah terlebih dahulu daripada kita semua.”

موتوا قبل أن تموتوا
(Mûtû qobla an tamûtû)
"Matilah sebelum mati."

Sebuah ungkapan untuk latihan jiwa untuk melepaskan hati dari ikatan dunia bersifat yang sementara ini.

Dalam versi aslinya yaitu (Rumi: Matsnavi, III: 4571 - 4601, terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson) dengan untaian kata-kata yang indah sarat makna... saya terbawa dalam aura perenungan jiwa..

Engkau telah banyak menderita,
tetapi engkau masih tetap terhijab, karena
kematian itu suatu pokok yang mendasar, dan
engkau belum mencapainya.
Deritamu tidak akan berakhir sampai engkau mati:
engkau tidak dapat menjangkau atap tanpa
menyelesaikan tangga panjatan.

Walau hanya tersisa dua buah dari seratus anak-tangga,
sang pemanjat yang telah keras berjuang tetap
saja terhalang dari menjejakkan kaki di atas atap.

aura perenungan jiwa ini membawa secercah cahaya penuntun.. Dan pencerah atas kesadaran diri,, seketika memberi sirine bahwa selama ini, saya telah terbawa dalam arus yang salah.. atau lebih tepatnya dalam dasar yang salah.. suatu kematian yang saya indam-idamkan.. mengharapkan suatu kematian sebagai transformasi jiwa..

Bukanlah ini kematian yang kemudian membawamu
ke dalam kubur, melainkan suatu kematian berupa
transformasi jiwa, sehingga ia akan membawamu ke dalam
suatu Cahaya.

transformasi jiwa..  dari kabar sang Rumi yang menyampaikannya atas kehendak Allah S.W.T. , suatu kabar yanng juga pelanjutan kabar dari Sang Rasul.. Nabi Muhammad S.A.W. yang selalu menyerukan kabar-kabar gembira..

Oleh karenanya, Sang Rasul yang membawa kabar-kabar gembira
berkata, dengan penuh-makna: “Matilah sebelum engkau mati,
wahai jiwa-jiwa mulia,
Seperti aku telah mati sebelum mati,
dan membawa dari Sana kemasyhuran dan keterkenalan ini.”


transformasi jiwa.. yang sulit dan sulit untuk dilakukan.. begitu banyak rintangan yang ada..

Dan jika kehendak-kehendak yang mementingkan diri-sendiri
menghalangimu dari pandangan seperti ini,
buanglah kehendak seperti ini dari dadamu;

Dan jika engkau tidak-mampu, janganlah
terus berdiam-diri dalam keadaan tidak-mampu itu:
ketahuilah bersama dengan setiap ketidak-mampuan terdapat
Yang-Membuat-tidak-mampu.

Ketidak-mampuan itu adalah sebuah belenggu:
Dia mengikatmu dengannya, engkau harus membuka
matamu untuk menatap Dia yang mengikatkan belenggu.

Karenanya, bermohonlah dengan rendah-hati, katakanlah:
“Wahai Sang Pemandu kehidupan, sebelumnya aku merdeka,
dan kini aku terjatuh dalam keterikatan;
gerangan apakah sebabnya?

Telah lebih keras dari sebelumnya kuinjak-injakan kakiku
pada kejahatan, karena Engkaulah Sang Maha Kuasa,
dan aku senantiasa berada dalam kerugian.

Selama ini aku tuli kepada seruan-Mu:
seraya mengaku-aku diri seorang penghancur berhala,
padahal sesungguhnya aku adalah seorang pembuat berhala.

Apakah lebih pantas bagiku merenungkan tentang
karya-karya-Mu atau tentang kematian?
(Tentang kematian): Kematian itu bagaikan musim-gugur, dan
Engkau adalah (akar yang merupakan) sumber dari dedaunan.”



transformasi jiwa.. yang sejak dulu aku harap dan masih akan terus aku perjuangkan.. sebegitu pula kalian yang saya harapkan juga dibukakan hatinya untuk mentransformasikan jiwa kalian..
aku ingin mati sebelum aku mati sebagai mana Rasulullah yang telah mati sebelum ia mati, sebagaimana Maulana Jalaludin Rumi, sebagaimana "si Baghbagh" burung kakaktua yang berkata kepada majikannya yang seorang penjual minyak wangi untuk mati sebelum mati.. yang melupakan keindahan sangkar burung dan rasa manisan.. yang bisa menemukan jalan pulangnya..


* dikutip dari "The Kingdom of Joy-Untaian Kisah Menawan dari Matsnawi Rumi" karya Abdul Rahman Azzam, Serambi Tasawuf ; Gerbang Mengenal Suluk




No comments:

Post a Comment