Monday 17 December 2012

menyusun puzzleQ sendiri

sebuah mitologi china mengenal "ramuan penyesat jiwa" sebagai minuman yang harus ditenggak oleh arwah yang telah melewati gerbang perpisahan. seandainya pun ramuan penyesat jiwa itu ada maka seribu bahkan sejuta kalipun aku tak akan pernah mau meminumnya dengan pemikiran dan nalarku yang kukembangkan seperti jala yang kusebar hingga penjuru samudra baik hilir dan hulu sungainya. namun, tekad itu seakan goyah sesekali pula.. betapa tidak. seandainyapun ramuan penyesat jiwa itu ku tenggak, maka tak payahlah aku menyusun memori kedukaan, bahagia dan segala haru biru kehidupan dalam rak-rak yang terkadang malah menusuk-nusuk bahkan mencabik-cabik dimana aku berusaha berdiri sekarang. selepas aku terbang kemana bulu2 kecil ini mengepak ke horisontal cakrawala yang ku sendiri tak tau apakah itu ujung atau malah sebuah perjalanan tanpa ujung. nyatanya ketika cawan ramuan penyesat jiwa itu menempel di bibirku,, dengan fasih dan kesadaranpun aku menuangnya kelantai. apa.. apaaa lah gunanya setiap kenangan indah atau buruk itu jika harus dilupakan seketika. lalu mengubah kita menjadi amnesia dan linglung seketika. kemudian bertanya-tanya kanan kiri lagi akan apa ini dan itu. begitu baiknya.. sekalipun setiap kenangan, kejadian yang telah terjadi sebahagia apapun dan seduka apapun,,, dan memilukan menghujam dan mencacah setiap rongga-rongganya bahkan hingga hancur lebur seperti debu.. kendatipun kita tak pernah boleh benar-benar menyerah. mengumpulkannya kembali menyusunnya lagi yang entah akankah menjadi suatu wujud yang sama (setidaknya hampir sama seperti semula) atau membuat wujud baru yang berbeda. retakan-retakan yang disatukan perlahan dengan rekatan. seperti mungkin juga menyusun lagi puzzle-puzzle itu. merajut kembali yang terkoyak... dengan bekal kenangan, kejadian masa lalu yang tak sepenuhnya indah namun sarat akan pendewasaan. biarlah dunia berkata.. selagi mereka punya kata,, mungkin bisa jadi jalan yang pelan/lambat yang kita tempuh terbaca seperti stagnansi berkepanjangan di mata siapapun. atau bisa jadi cekatan kita terlampau cepat untuk di mengerti jalannya di mata fana. aahh,, sudahlah. jika banyak orang berkata "lupakan kata mereka" tapi bagiku tidak... kata yang terucap tetaplah layak untuk diperdengarkan dan tidak kita lupakan. sebegitunya kita punya telinga yang sepantasnya difungsikan untuk mendengar. seperti halnya suara dan kata kita yang tentu pula ingin didengarkan oleh mereka yang juga punya telinga dan bukan tuli. tak akan pula kita lupakan kata mereka.. karena apa gunanya memori jika tak difungsikan untuk mengingat. yang pantasnya kita lakukan adalah mencerna lalu menyortirnya saja. yaaaa... ini melelahkan. memang sangat melelahkan. terlalu lama mungkin juga prosesnya. tak perduli seberapa lelah.. namun ketegaran yang saya pilih. berjalan seperti seharusnya. dan suatu kewajaran jika sesekali ketegaran itu memudar sejenak. tapi tak sampai menghilang lalu segeralah kembali bangkit dan tentu dengan cara kita masing-masing yang sebijak mungkin. seribu manusia tentulah dengan cara seribunya masing-masing. terlalu banyak hal yang tak terkatakan dan tenggelam dilapisan masa yang terabai. saya mungkin terlalu larut pada kedamaian yang ku cari di masa itu atau malah sekedar mencari diri yang lebih dari sekedar refleksi di atas kubangan air jernih. ada suatu kata yang sempat terbaca dibeberapa waktu kemudian, "kedamaian bukanlah hal yang kau cari, melainkan hartamu yang paling tidak berharga"... mungkinlah dengan keangkuhanku dan pekaku yang terbatas aku telah menjadi lupa untuk bersyukur dan berterima kasih, sekalipun itu sudah kulakukan. nyatanya bisa jadi itu tak benar-benar cukup besar. ketegaran yang disematkan dibahuku dalam pujian yang terucap seakan seperti penghakiman akan diriku sendiri. hingga di sutu sisi sudut ku bertanya apa ketegaran itu ?? __ ketegaran yang kupilih dan berbuah ketakjuban mayapada akannya dan pula lontaran sang indigo kecil berujar "kau terlalu tegar hingga seperti ini"..... seperti sebuah mata rantai yang kembali pada titik hampa yang berarti tak berangka. lalu apa ketegaran itu ?? bukankah ketegaran memang harus tak bertepi!!
kita hanyalah seonggok daging berjalan yang mengitari luaran bumi da berpindah-pindah, berputar-putar, merayap seperti buih ditiup angin. manusia bukanlah puncak spiral, bahkan suatu suku di vancouver berargumen bahwa manusia hidup disuatu dunia pinjaman dan aku rasa itu benar, kebenaran kuno yang benar dimataku. mendapatkan yang cukup itu penting tapi penting pula untuk tidak mengambil lebih daripada yang kita butuhkan. manusia cenderung memang suka bersinggungan dan sejarah manusia mengatakan bahkan sejak manusia pertama diciptakan lalu kemudian pasangannya, ia si manusia memang sudahlah melakukan kesalahan yang berujung pengasingannya di sini hingga kini. kesalahan berarti diluar sebuah aturan yang berimbas pada rapuh dan ringkihnya pergulatan hati sebegitu ringkihnya hingga kita perlu merekatkannya lagi kesebuah bentukan-bentukan kita sendiri sepanjang dalam bejana yang seharusnya. biarkan kehidupan ini akan dipandang sebagai tragedi yang panjang atau malah sebuah pencapaian titik cahaya yang berharga. tergantung pada sisi mana sudut pandangnya akan menjadi berbeda satu dengan yang lainnya. keterbatasanlah alasannya tapi juga bukan suatu harga mati bahwa manusia menjadi terlena olehnya.
dengan suatu alasan apa aku menulis ini, mungkin aku hanya sedang sedih atau apalah yang aku sendiri tak berani memastikannya. hal yang selalu aku ucapkan yang juga aku sendiri tak benar-benar faham dengan alasan apa aku berkata itu adalah "aku hanya ingin menyerah,, namun aku tak bisa". menyerah untuk hidup mungkin.. ya.. mungkin. sedih atau apalah yang tak terdefinisikan itu, dan bila kumulai merasakan itu yang pasti kulakukan adalah kembali mengingat masa lalu dan mencoba mengulang-ulangnya dengan memastikan berharap menemukan lagi point yang terlupa dimasa itu. seperti menonton suatu film panjang. walau sudah lewat tapi kuat tertanam begitu saja, entah karena kau berjalan terlampau lambat sehingga tak kubiarkan tiap detailnya terabaikan.. entah.. berharap agar saya tak melupa. dengan dalih tertentu kadang pula terbersit haruskah kumasukkan semua itu kedalam kotak pandora yang tabu untuk dibuka lagi?? dan kalaupun iya mungkin tak perlu dirisaukan lagi, tapi hidup bukan sesederhana itu. dengan alasan yang mungkin ku buat sendiri dan bisa jadi benar namun juga bisa jadi salah.. bahwa tak bijak kiranya saya mengurungnya. aahh dan saya mulai lagi bermain-main pada kata. lalu, kini, loncatan ke masa depan, kembali lagi, berpaling kebelakang, merunduk, tengadah, melihat kedepan, memandang kesamping... yaaa.. selalu begitu dan begitu memang. tapi satu, kita tak akan pernah tau dan melihat apa yang ada di tengkuk kita sendiri....




dan wahai cahaya tersenyumlah padaku selalu
seperti hari-hari sebelum-sebelumnya dan selamanya
bahkan sejak aku terlahir kedunia ini
dan tetaplah begitu
karena dengan seperti itu aku tetap merasa tenang
tenang seperti dalam buaian nyanyian ninabobo


sedikit kutipan kata-kata bijak:
tragedi terbesar dalam kehidupan adalah menghabiskan sepanjang hidup anda untuk memancing, tapi akhirnya tahu bahwa yang anda kejar bukanlah ikan
(henry david thoreau)


hmm,, benar-benar menakutkan kata-katanya ya... yaaaaa... terkadang hidup bisa terlihat begitu menakutkan. tapi kita tetap hanya bisa melangkah menjalaninya, mau tidak mau.. dan menuju garis finishnya.

*reny_yner. 12.51. 17dec12 (edisi kumat nglambyarE dkancani kopi seMug gede)

No comments:

Post a Comment